2 tahun ternyata bukanlah waktu yang lama. detik demi detik hari demi hari minggu demi minggu bulan demi bulan ternyata semuanya telah berubah. dan tanpa sadar dengan perubahan yang perlahan itu kini tak terasa. yah benar 2 tahun sudah berlalu aku tidak bermain dengan keyboard laptopku. hingga tiba saatnya hari ini aku mencoba kembali untuk bermain dengan dentingan bunyi keyboard laptop kesayangnan ku yang sudah menemaniku dari jaman SMA.
Rindu rasanya ketika itu menggebu seperti datangnya hujan yang ga pernah kita sangka bahkan kita tolak.
Yah... Begitulah rasanya ketika rindu itu datang. Dan ketika aku mencoba untuk menulis ini. Teringat semua kenanganku dimasa itu ketika masih aktif untuk mengentri blog pribadiku ini.
Ah... Sudahlah masalah rindu memnag setiap orang pasti pernah merasakannya. Biarlah....
Ibarat kata ibarat cerita rindu itu kalau dalam masakan ibarat garam. kayanya ga berasa kalau masakan tanpa garam.. Jadi kalau hidup tanpa rindu itu rasanya kurang lengkap.
Masih teringat dan tergambar jelas kala itu....
Kami adalah trio pantura. yah.. Itulah julukan yang disematkan oleh teman-teman sekelas kami..
banyak hal yang kami lalui bersama. dari hal jelek sampe hal-hal yang bikin kami seneng. pernah keujanan keanginan sampe kedinginan pun bareng.. dari awal masuk kita satu khafilah (kelompok ospek) dikampus kami. Hingga sekarang kami sudah sama-sama menjadi guru di SD.
Rosi Tijaniyah : cewe pendiam, yang pinter ngeles dan pinter dagang. tapi beuhh....... baik dan tajirnya men.. sudah teruji secara klinis... Aish,.. udh kaya uji lab ajah.. hahhaa Next sahabat gue selanjutnya
Ovi Oktaviani : dia cewek pendiem suka panik sendiri kalau ada tugas. dia anak semata wayang dikeluarganya. dia kalau jalan beuh lebih-lebih lambat udah kaya priyayi ajah.... kalau minum susu 2 gelas gede kelar men... tp dia juga sosok cewe yang baik dan ibu yang baik untuk putri pertamanya sekarang....
kalau gue hmmmmm whatever you wanna thinkking about me.. but u must to know don't judge some one if you don't know ya gaeess
yah.. teman-teman ku sudah berkeluarga.. kini tinggal aku sendiri seorang yang masih lajang.. entah sampe kapan yang jelas jangan lupa untuk berdoa agar dikemudian hari dipertemukan dengan jodoh yang baik untuk diriku, keluargaku, masa depan ku, dunia dan akherat ku. aamiin..
Celoteh Anak Nelayan
Jumat, 06 Januari 2017
Jumat, 02 Januari 2015
politik dan pendidikan
seperti lagu bang Iwan fals... yang berjudul politk uang...
dimana sudah tidak asing lagi bagi khalayak banyak. ketika kita diminta untuk memilih dengan hak pilih dan hati nurani. namun kenyataan dilapangan tidak demikian... hati nurani disumpal dan dengan uang, uang dan uang.. rakyat diajarkan dengan politik uang. diajarkan tentang kecurangan dan berbagai tipuan lain.
namun dalam hal ini melalui pendidikan di tuntut dan diharapkan untuk memperbaiki moral bangsa. akan tetapi ketika sistem dalam dunia pendidikan masih seperti benang kusut. bagaimana mungkin akan bisa memperbaiki moral bangsa??
politik dan pendidikan dalam kaitannya adalah saling mempengaruhi satu sama lain. baik dalam perkembangan kualitas pendidik, maupun ouput dari lembaga pendidikan tersebut.. maka pendidikan dalam perkembangannya sangat berpengaruh bagi bangsa. bahkan mutu pendidikan adalah sebagai tolak ukur bagi suatu bangsa.
jadi ketika kita dengar kabar tentang pendidikan. itulah cermin kualitas pendidikan dan pengaruh pilitiknya dalam pendidikan suatu negara.
masalah pelik dalam dunia pendidikan dan politik sampai saat ini belum memiliki titik terangnya.
bukan karena di negri ini kurang orang-orang pintar atau berpendidikan tinggi. dan tidak juga kurang tenaga ahli. entah mengapa hal ini bisa terjadi dan belum ketemu titik terangnya.
dimana sudah tidak asing lagi bagi khalayak banyak. ketika kita diminta untuk memilih dengan hak pilih dan hati nurani. namun kenyataan dilapangan tidak demikian... hati nurani disumpal dan dengan uang, uang dan uang.. rakyat diajarkan dengan politik uang. diajarkan tentang kecurangan dan berbagai tipuan lain.
namun dalam hal ini melalui pendidikan di tuntut dan diharapkan untuk memperbaiki moral bangsa. akan tetapi ketika sistem dalam dunia pendidikan masih seperti benang kusut. bagaimana mungkin akan bisa memperbaiki moral bangsa??
politik dan pendidikan dalam kaitannya adalah saling mempengaruhi satu sama lain. baik dalam perkembangan kualitas pendidik, maupun ouput dari lembaga pendidikan tersebut.. maka pendidikan dalam perkembangannya sangat berpengaruh bagi bangsa. bahkan mutu pendidikan adalah sebagai tolak ukur bagi suatu bangsa.
jadi ketika kita dengar kabar tentang pendidikan. itulah cermin kualitas pendidikan dan pengaruh pilitiknya dalam pendidikan suatu negara.
masalah pelik dalam dunia pendidikan dan politik sampai saat ini belum memiliki titik terangnya.
bukan karena di negri ini kurang orang-orang pintar atau berpendidikan tinggi. dan tidak juga kurang tenaga ahli. entah mengapa hal ini bisa terjadi dan belum ketemu titik terangnya.
Minggu, 14 Desember 2014
permasalahan pendidikan di indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Salah satu faktor rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena
lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali
memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat
yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah
menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan
seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang
membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan
yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Para
lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan
kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Ini juga
kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dari sinilah penulis mencoba untuk
membahas lebih dalam mengenai pendidikan di
Indonesia dan segala dinamikanya.
B. Rumusan
Masalah
Adapun yang
menjadi rumusan masalah didalam pembahasan makalah ini adalah bagaimana permasalahan yang mendasar dalam pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin diketahui dalam pembahasan makalah
ini adalah: Permasalahan mendasar pendidikan di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem
pendiddikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social
budaya dan masyarakat sebagai suprasistem . Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak
sinkronis dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang
pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem
tersebut dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi
sangat kompleks.
Menurut para ahli, Tirtarahardja
seorang ahli pendidikan. Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh
dunia pendidikan ditanah air kita dewasa ini yaitu:
1. Bagainama semua warga
Negara dapat menikmati suatu pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan
dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap dapat
terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat
Memasuki
abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut
bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak
disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikandi Indonesia.
Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasari Salah satunya adalah
memasuki abad ke- 21 gelombang globslisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun
teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia
tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru,
dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan Negara lain. Yang
kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan.
Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita
membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang
dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh
karana itu, kiata seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia
yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain.
Setelah
kita amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang
pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang
menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya
menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan
bangsa di berbagai bidang.
Ada
banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal
maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan yang akan
kami paparkan kali ini adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi
pengajaran.
A.
Jenis permasalahan pokok pendidikan
Menurut
Tirtarahardjapada (2010:227) Seperti telah dikemukakan pada bagian A, pada
bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi
kesepakatan nasional yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu
diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu:
1.
Masalah pemerataan pendidikan
2.
Masalah mutu pendidikan
3.
Masalah efisiensi pendidikan
4.
Masalah relevansi pendidikan
Keempat masalah tersebut akan dibahas secara berturut-turut
pada bagian berikut:
1.
Masalah pemerataan pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai
wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional
diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga
Negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Menurut Tirtarahardja pada
(2010:227) masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaiman system
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh
warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi
wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan juga
dapat dilihat dari garis kemiskinan yang ada pada masyarakat, karena otomatis
dari kemiskinan tersebut akan berimbas pada anak. Misalnya orang tua yang tidak
mampu akan berimbas pada pendidikan anaknya walaupun sekolah sudah ada program
pemerintah berupa BSM (bantuan siswa miskin) namun tidak tepat sasaran. Dan
anak yang benar-benar mendapatkan bantuan tersebut sehingga anak akan putus
sekolah. Selain itu juga pemerataan pendidikan disebabkan karena paradigma
masyarakat “Sekolah hanya menghabiskan uang” dari asumsi tersebut orang tua
akan lebih memilih anaknya untuk bekerja daripada sekolah, karena menurut
pandangan mereka sekolah hanya menghabiskan uang dan tidak bisa membuat anaknya
sukses. Masalah yang sering dihadapi dalam pemerataan pendidikan juga
dikarenakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang memadai, sarana prasarana
dari pemerintah kurang memadai, pemerintah juga harus memfasilitasi para tenaga
pendidik (guru), system pendidikan (kurikulum) harus disesuaikan dengan
perkembangan siswa dan perkembangan jaman. Politik pemerintahan juga dapat
menghambat proses pemerataan pendidikan. Karena banyak partai-partai politik
yang memotong dana pendidikan dari pemerintah sehingga dana pendidikan yang
harusnya cukup untuk operasional sekolah menjadi berkurang.
Landasan yuridis yang berkaitan dengan
pemerataan pendidikan penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan
upaya pemerataan pendidikan guna mengajar ketinggalan kita sebagai akibat
penjajahan dengan masa sesudah kemerdekaan yang terkandung dalam pancasila.
Keadaan sekolah dan murid tahun 1940 dan 1955 di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 1 dan 2 dibawah ini:
Tabel I
Keadaan Sekolah dan
Murid Tahun 1940
dan 1955 di Indonesia
Sekolah
|
Tahun
|
Tahun
|
Murid
|
Tahun
|
Tahun
|
STK
SR
SMP
SMA
ST
|
39/40
-
18091
114
31
5 Fak
|
54/55
511
33112
3593
228
62
Univ
|
STK
SR
SMP
SMA
ST
|
39/40
-
221.990
21875
4501
1693
|
54/55
34.433
7.409.361
533.246
109.188
25.387
|
Sumber: Umar Tirta Raharja 1980: 75 (Dikutip
dari “ Development of Educasi in Indonesia” oleh Hutasoit ).
Tabel I
jumlah murid SD
(dalam jutaan)
Tahun
|
54/46
|
60/61
|
69/70
|
Akhir
Rep. I
|
Akhir
Rep. II
|
Akhir
Rep. III
|
Akhir
Rep. IV
|
Akhir
Rep. V
|
Jumlah Murid
|
2.523
|
11,587
|
13.05
|
|
11.03
|
29,08
|
30,08
|
30,5
|
Keterangan:
a) Gross enrolment rate
b) Mulai Repalita II,
Jumlah Murid SD dan MI
c) Perkiraan
Di Indonesia dalam bidang pendidikan
khususnya dalam pemerataan pendidikan itu belum bisa diatasi. Adapun
factor-faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:
a.
Rendahnya kualitas sarana fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak
sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan
penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara
laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri,
tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
b.
Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat
memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003
yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian
dan melakukan pengabdian masyarakat. Kendati
secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas
mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara umum, para guru di
Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal, karena pemerintah
masih kurang memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan
profesionalismenya. Secara kuantitatif, sebenarnya jumlah guru di Indonesia
relatif tidak terlalu buruk. Apabila dilihat ratio guru dengan siswa,
angka-angkanya cukup bagus yakni di SD 1:22, SLTP 1:16, dan SMU/SMK 1:12.
Meskipun demikian, dalam hal distribusi guru ternyata banyak mengandung
kelemahan yakni pada satu sisi ada daerah atau sekolah yang kelebihan jumlah
guru.
Bila diukur dari persyaratan akademis,
baik menyangkut pendidikan minimal maupun kesesuaian
bidang studi dengan pelajaran yang harus diberikan kepada anak didik, ternyata
banyak guru yang tidak memenuhi kualitas mengajar (under quality). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran
merupakan titik sentral pendidikan dan
kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat
besar pada kualitas pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya.
c.
Rendahnya kesejahteraan guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai
peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa
melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi
les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS,
pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
d.
Rendahnya prestasi siswa
Dengan keadaan yang demikian itu
(rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian
prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
e.
Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Sementara itu layanan pendidikan usia
dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu
akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh
karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan
tersebut.
2.
Masalah Mutu Pendidikan
Masalah mutu pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu
mutu produk dan mutu proses. Mutu produk dilihat dari siswanya, apakah siswa
tersebut memiliki potensi yang lebih dalam hal berwirausaha. Dalam hal ini
sekolah mengajarkan kepada muridnya tentang bagaimana cara berwirausaha dan
mencetak siswanya agar lebih kreatif dalam mengembangkan potensinya. Yang
kedua, mutu proses yang dapat dilihat dari proses pembelajaran di sekolahnya
meliputi input yang berupa tujuan pembelajaran, alat pembelajaran, metode
pembelajaran, dan lingkungan atau objek pembelajaran. Dari input tersebut akan
terjadi suatu proses pembelajaran, bagaimana seorang guru itu dapat
mengkondisikan pembelajaran yang efektif dikelasnya sehingga mencetak output
atau lulusan dengan hasil nilai yang memuaskan yang diperoleh siswa sehingga dari output tersebut
akan menghasilkan outcome berupa siswa dapat memanfaatkan hasil dari proses
pembelajaran tersebut dimasyarakat. Misalnya siswa tersebut mengamalkan
ekstrakulikuler yang pernah diajarkan disekolah dalam masyarakat.
3.
Masalah Efesiensi Pendidikan
Efisien adalah bagaimana menghasilkan
efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses
pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh
hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang
kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan
prosesnya, hanya bagaiman dapat meraih stendar hasil yang telah disepakati.
masalah efisiensi pengajaran di
dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses
pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya
proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber
daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah
efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaannya hemat dan dapat tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika
terjadi yang sebaliknya, efisiensinya berarti rendah. Efesiensi seringkali berkaitan
dengan biaya, jika sekolah tersebut sarana prasarananya memadai dan kualitasnya
bagus maka diperlukan biaya yang lebih. Oleh karena itu, masalah efesiensi
sangat berpengaruh dengan mutu pendidikan.
4.
Masalah Relevansi Pendidikan
Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan
sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh
lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%,
sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk
masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%,
14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya
sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup
sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidak
serasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan
dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap
keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Karena ketidak adanya kesesuaian dalam
memberikan keterampilan hidup. Dan tidak mampu membuka lapangan kerja sendiri
atau berwirausaha sendiri. Sehingga setiap lulusan yang siap untuk kerja dalam
bidang tertentu akan mencari sebuah pekerjaan sesuai dengan bidang yang ia
tekuni di sekolah. Namun yang terjadi di lapangan adalah kurangnya lapangan
kerja yang sesuai dengan lulusan berdasarkan kompetensi tersebut. Pada akhirnya
pengangguran semakin bertambah.
B.
Solusi
Masalah Pendidikan
Untuk
mengatasi masalah-masalah pendidikan, seperti kurangnya pemerataan pendidikan,
rendahnya mutu pendidikan, kurangnya efesiensi pendidikan dan tidak berjalannya
suatu relevansi pendidikan yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar
solusinya diantaranya :
- Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan
masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
langkah-langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional
antara lain:
a. Membangun gedung
sekolah seperti SD Inpres dan atau
ruangan belajar
b. Menggunakan gedung
sekolah untuk double shift (sistem
bergantian pagi dan sore)
Sehubungan dengan itu
yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan
kemauan belajar bagi masyarakat/ keluarga yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara
lain:
a. Sistem Pamong
b. SD kecil pada daerah
terpencil
c. Sistem Guru Kunjung
d. SMP Terbuka
e. Kejar Paket A dan B
f.
Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka
- Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:
a. Seleksi yang lebih
rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT
b. Pengembangan
kemampuan tenaga kependidikan melalui
studi lanjut, misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan
kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.
c. Penyempurnaan
kurikulum, misalnya dengan member materi yang lebih esensial dan mengandung muatan lokal
d. Pengembangan
prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar
3. Pemecahan masalah
efisiensi pendidikan
Dalam hal ini
pemerintah sudah berusaha menekan biaya pendidikan yang cukup tinggi dengan
anggaran yang sangat besar akan tetapi dalam pendistribusian dana pendidikan
tersebut kurang pengawasan. Sehingga memungkikan terjadi
penyelewengan-penyelewengan dana yang dilakukan di lapangan. Oleh karena itu
pemerintah harus lebih memperhatikan dalam pendistribusian dana-dana pendidikan
di lapangan bila perlu meninjau langsung agar penyelewengan yang terjadi
dilapangan bisa diminimalisir. Sehingga terciptalah pendidikan murah dengan
kualitas tinggi.
4. Pemecahan masalah
relevansi pendidikan
Relevansi atau
kesesuaian masalah pendidikan dapat dilihat dari lingkungannya, misalkan
sekolah di daerah tersebut memiliki potensi pertanian yang agraris maka yang
dikembangkan adalah keterampilan pertaniannya. Sehingga kemampuan dalam
bercocok tanamnya kelak akan menjadikan dirinya wirausahawan yang mampu membuka
lapangan pekerjaan sendiri. Agar angka pengangguran bisa berkurang.
Maka dengan adanya solusi-solusi
tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia
dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan
generasi-generasi baru yang berSDM tinggi, berkepribadian pancasila dan
bermartabat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Permasalahan yang ada
di Indonesia masih kurang terealisasikan dengan baik karena pendidikan yang
seharusnya membuat manusia menjadi manusia atau dalam ilmu filsafat menjelaskan
bahwa pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, tetapi dalam
kenyataannya sering kali tidak sesuai dan tidak tepat sasaran. Dalam
kenyataannya pendidikan tidak memanusiakan manusia dan kepribadian manusia
cenderung direduksi oleh system pendidikan yang ada.
B.
Saran
Dari pemaparan materi tersebut diharapkan pembaca mampu untuk mengkritisi pendidikan di Indonesia.
Sehingga suatu saat nanti pendidikan di Indonesia bisa lebih baik lagi dari
pada sekarang.
DAFTARPUSTAKA
Fikriyah, Dkk. 2012. Telaah
Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish
Khotijah, S. 2012. Masalah
pendidikan di Indonesia. (On Line)
Tersedia : http://sitichotijah269.wordpress.com
Tersedia : http://sitichotijah269.wordpress.com
Muliani. 2014. Masalah
Pendidikan di Indonesia. (On Line)
Gerungan. R. A. Permasalahan
Pendidikan di Indonesia. (On Line)
Sriyansyah.
E. 2012. Permasalahan Pendidikan. (On Line)
Tersedia : http://ecasri-tp-unbara.blogspot.com/
Langganan:
Postingan (Atom)