Jumat, 06 Januari 2017

Dear Trio Pantura

2 tahun ternyata bukanlah waktu yang lama. detik demi detik hari demi hari minggu demi minggu bulan demi bulan ternyata semuanya telah berubah. dan tanpa sadar dengan perubahan yang perlahan itu kini tak terasa. yah benar 2 tahun sudah berlalu aku tidak bermain dengan keyboard laptopku. hingga tiba saatnya hari ini aku mencoba kembali untuk bermain dengan dentingan bunyi keyboard laptop kesayangnan ku yang sudah menemaniku dari jaman SMA.
Rindu rasanya ketika itu menggebu seperti datangnya hujan yang ga pernah kita sangka bahkan kita tolak.          
             Yah... Begitulah rasanya ketika rindu itu datang. Dan ketika aku mencoba untuk menulis ini. Teringat semua kenanganku dimasa itu ketika masih aktif untuk mengentri blog pribadiku ini.
            Ah... Sudahlah masalah rindu memnag setiap orang pasti pernah merasakannya. Biarlah....
Ibarat kata ibarat cerita rindu itu kalau dalam masakan ibarat garam. kayanya ga berasa kalau masakan tanpa garam.. Jadi kalau hidup tanpa rindu itu rasanya kurang lengkap.
Masih teringat dan tergambar jelas kala itu....
Kami adalah trio pantura. yah.. Itulah julukan yang disematkan oleh teman-teman sekelas kami..
banyak hal yang kami lalui bersama. dari hal jelek sampe hal-hal yang bikin kami seneng. pernah keujanan keanginan sampe kedinginan pun bareng.. dari awal masuk kita satu khafilah (kelompok ospek) dikampus kami. Hingga sekarang kami sudah sama-sama menjadi guru di SD.

Rosi Tijaniyah : cewe pendiam, yang pinter ngeles dan pinter dagang. tapi beuhh....... baik dan tajirnya men.. sudah teruji secara klinis... Aish,.. udh kaya uji lab ajah.. hahhaa Next sahabat gue selanjutnya
Ovi Oktaviani : dia cewek pendiem suka panik sendiri kalau ada tugas. dia anak semata wayang dikeluarganya. dia kalau jalan beuh lebih-lebih lambat udah kaya priyayi ajah.... kalau minum susu 2 gelas gede kelar men... tp dia juga sosok cewe yang baik dan ibu yang baik untuk putri pertamanya sekarang....
kalau gue hmmmmm whatever you wanna thinkking about me.. but u must to know don't judge some one if you don't know ya gaeess

yah.. teman-teman ku sudah berkeluarga.. kini tinggal aku sendiri seorang yang masih lajang.. entah sampe kapan yang jelas jangan lupa untuk berdoa agar dikemudian hari dipertemukan dengan jodoh yang baik untuk diriku, keluargaku, masa depan ku, dunia dan akherat ku. aamiin..




Jumat, 02 Januari 2015

politik dan pendidikan

seperti lagu bang Iwan fals... yang berjudul politk uang...
dimana sudah tidak asing lagi bagi khalayak banyak. ketika kita diminta untuk memilih dengan hak pilih dan hati nurani. namun kenyataan dilapangan tidak demikian... hati nurani disumpal dan dengan uang, uang dan uang.. rakyat diajarkan dengan politik uang. diajarkan tentang kecurangan dan berbagai tipuan lain.
namun dalam hal ini melalui pendidikan di tuntut dan diharapkan untuk memperbaiki moral bangsa. akan tetapi ketika sistem dalam dunia pendidikan masih seperti benang kusut. bagaimana mungkin akan bisa memperbaiki moral bangsa??

politik dan pendidikan dalam kaitannya adalah saling mempengaruhi satu sama lain. baik dalam perkembangan kualitas pendidik, maupun ouput dari lembaga pendidikan tersebut.. maka pendidikan dalam perkembangannya sangat berpengaruh bagi bangsa. bahkan mutu pendidikan adalah sebagai tolak ukur bagi suatu bangsa.

jadi ketika kita dengar kabar tentang pendidikan. itulah cermin kualitas pendidikan dan pengaruh pilitiknya dalam pendidikan suatu negara.

masalah pelik dalam dunia pendidikan dan politik sampai saat ini belum memiliki titik terangnya.
bukan karena di negri ini kurang orang-orang pintar atau berpendidikan tinggi. dan tidak juga kurang tenaga ahli. entah mengapa hal ini bisa terjadi dan belum ketemu titik terangnya. 

Minggu, 14 Desember 2014

permasalahan pendidikan di indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dari sinilah penulis mencoba untuk membahas lebih dalam mengenai pendidikan di Indonesia dan segala dinamikanya.

B.      Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah didalam pembahasan makalah ini adalah  bagaimana permasalahan yang mendasar dalam pendidikan di Indonesia?

C.      Tujuan
Adapun tujuan yang ingin diketahui dalam pembahasan makalah ini adalah:  Permasalahan mendasar pendidikan di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

Sistem  pendiddikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan masyarakat sebagai suprasistem . Pembangunan sistem pendidikan  tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkronis dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks.
Menurut para ahli, Tirtarahardja seorang ahli pendidikan. Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan ditanah air kita dewasa ini yaitu:
1.      Bagainama semua warga Negara dapat menikmati suatu pendidikan.
2.      Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap dapat terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikandi Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasari Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globslisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan Negara lain. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, kiata seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain.
Setelah kita amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.           
Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan yang akan kami paparkan kali ini adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran.

A.          Jenis permasalahan pokok pendidikan
Menurut Tirtarahardjapada (2010:227) Seperti telah dikemukakan pada bagian A, pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu:
1.           Masalah pemerataan pendidikan
2.           Masalah mutu pendidikan
3.           Masalah efisiensi pendidikan
4.           Masalah relevansi pendidikan
Keempat masalah tersebut akan dibahas secara berturut-turut pada bagian berikut:
1.           Masalah pemerataan pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Menurut Tirtarahardja pada (2010:227) masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaiman system pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan juga dapat dilihat dari garis kemiskinan yang ada pada masyarakat, karena otomatis dari kemiskinan tersebut akan berimbas pada anak. Misalnya orang tua yang tidak mampu akan berimbas pada pendidikan anaknya walaupun sekolah sudah ada program pemerintah berupa BSM (bantuan siswa miskin) namun tidak tepat sasaran. Dan anak yang benar-benar mendapatkan bantuan tersebut sehingga anak akan putus sekolah. Selain itu juga pemerataan pendidikan disebabkan karena paradigma masyarakat “Sekolah hanya menghabiskan uang” dari asumsi tersebut orang tua akan lebih memilih anaknya untuk bekerja daripada sekolah, karena menurut pandangan mereka sekolah hanya menghabiskan uang dan tidak bisa membuat anaknya sukses. Masalah yang sering dihadapi dalam pemerataan pendidikan juga dikarenakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang memadai, sarana prasarana dari pemerintah kurang memadai, pemerintah juga harus memfasilitasi para tenaga pendidik (guru), system pendidikan (kurikulum) harus disesuaikan dengan perkembangan siswa dan perkembangan jaman. Politik pemerintahan juga dapat menghambat proses pemerataan pendidikan. Karena banyak partai-partai politik yang memotong dana pendidikan dari pemerintah sehingga dana pendidikan yang harusnya cukup untuk operasional sekolah menjadi berkurang.
Landasan yuridis yang berkaitan dengan pemerataan pendidikan penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengajar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan dengan masa sesudah kemerdekaan yang terkandung dalam pancasila. Keadaan sekolah dan murid tahun 1940 dan 1955 di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 dibawah ini:
Tabel I
Keadaan Sekolah dan Murid Tahun 1940
dan  1955 di Indonesia
Sekolah
Tahun
Tahun
Murid
Tahun
Tahun

STK
SR
SMP
SMA
ST
39/40
-
18091
114
31
5 Fak
54/55
511
33112
3593
228
62 Univ

STK
SR
SMP
SMA
ST
39/40
-
221.990
21875
4501
1693
54/55
34.433
7.409.361
533.246
109.188
25.387
Sumber: Umar Tirta Raharja 1980: 75 (Dikutip dari “ Development of Educasi in Indonesia” oleh Hutasoit ).
Tabel I
jumlah murid SD
(dalam jutaan)
Tahun
54/46
60/61
69/70
Akhir
Rep. I
Akhir
Rep. II
Akhir
Rep. III
Akhir
Rep. IV
Akhir
Rep. V
Jumlah  Murid

2.523

11,587

13.05


11.03

29,08

30,08

30,5
Keterangan:
a)      Gross enrolment rate
b)      Mulai Repalita II, Jumlah Murid SD dan MI
c)      Perkiraan
Di Indonesia dalam bidang pendidikan khususnya dalam pemerataan pendidikan itu belum bisa diatasi. Adapun factor-faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:
a.      Rendahnya kualitas sarana fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
b.      Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara umum, para guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal, karena pemerintah masih kurang memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan profesionalismenya. Secara kuantitatif, sebenarnya jumlah guru di Indonesia relatif tidak terlalu buruk. Apabila dilihat ratio guru dengan siswa, angka-angkanya cukup bagus yakni di SD 1:22, SLTP 1:16, dan SMU/SMK 1:12. Meskipun demikian, dalam hal distribusi guru ternyata banyak mengandung kelemahan yakni pada satu sisi ada daerah atau sekolah yang kelebihan jumlah guru.
Bila diukur dari persyaratan akademis, baik menyangkut pendidikan minimal maupun kesesuaian bidang studi dengan pelajaran yang harus diberikan kepada anak didik, ternyata banyak guru yang tidak memenuhi kualitas mengajar (under quality). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
c.      Rendahnya kesejahteraan guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
d.      Rendahnya prestasi siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
e.      Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
2.           Masalah Mutu Pendidikan
Masalah mutu pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu mutu produk dan mutu proses. Mutu produk dilihat dari siswanya, apakah siswa tersebut memiliki potensi yang lebih dalam hal berwirausaha. Dalam hal ini sekolah mengajarkan kepada muridnya tentang bagaimana cara berwirausaha dan mencetak siswanya agar lebih kreatif dalam mengembangkan potensinya. Yang kedua, mutu proses yang dapat dilihat dari proses pembelajaran di sekolahnya meliputi input yang berupa tujuan pembelajaran, alat pembelajaran, metode pembelajaran, dan lingkungan atau objek pembelajaran. Dari input tersebut akan terjadi suatu proses pembelajaran, bagaimana seorang guru itu dapat mengkondisikan pembelajaran yang efektif dikelasnya sehingga mencetak output atau lulusan dengan hasil nilai yang memuaskan yang  diperoleh siswa sehingga dari output tersebut akan menghasilkan outcome berupa siswa dapat memanfaatkan hasil dari proses pembelajaran tersebut dimasyarakat. Misalnya siswa tersebut mengamalkan ekstrakulikuler yang pernah diajarkan disekolah dalam masyarakat.
3.           Masalah Efesiensi Pendidikan
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaiman dapat meraih stendar hasil yang telah disepakati.
masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan dapat tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensinya berarti rendah. Efesiensi seringkali berkaitan dengan biaya, jika sekolah tersebut sarana prasarananya memadai dan kualitasnya bagus maka diperlukan biaya yang lebih. Oleh karena itu, masalah efesiensi sangat berpengaruh dengan mutu pendidikan.         
4.           Masalah Relevansi Pendidikan
Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidak serasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Karena ketidak adanya kesesuaian dalam memberikan keterampilan hidup. Dan tidak mampu membuka lapangan kerja sendiri atau berwirausaha sendiri. Sehingga setiap lulusan yang siap untuk kerja dalam bidang tertentu akan mencari sebuah pekerjaan sesuai dengan bidang yang ia tekuni di sekolah. Namun yang terjadi di lapangan adalah kurangnya lapangan kerja yang sesuai dengan lulusan berdasarkan kompetensi tersebut. Pada akhirnya pengangguran semakin bertambah.   

B.        Solusi Masalah Pendidikan
Untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan, seperti kurangnya pemerataan pendidikan, rendahnya mutu pendidikan, kurangnya efesiensi pendidikan dan tidak berjalannya suatu relevansi pendidikan yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar solusinya diantaranya :
  1. Pemecahan Masalah  Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain:
a.      Membangun gedung sekolah seperti  SD Inpres dan atau ruangan belajar
b.      Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat/ keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain:
a.      Sistem Pamong
b.      SD kecil pada daerah terpencil
c.       Sistem Guru Kunjung
d.      SMP Terbuka
e.      Kejar Paket A dan B
f.        Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka
  1. Pemecahan masalah mutu pendidikan  dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:
a.      Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT
b.      Pengembangan kemampuan tenaga  kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.
c.       Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan member materi yang lebih  esensial dan mengandung muatan lokal
d.      Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar
3.      Pemecahan masalah efisiensi pendidikan
Dalam hal ini pemerintah sudah berusaha menekan biaya pendidikan yang cukup tinggi dengan anggaran yang sangat besar akan tetapi dalam pendistribusian dana pendidikan tersebut kurang pengawasan. Sehingga memungkikan terjadi penyelewengan-penyelewengan dana yang dilakukan di lapangan. Oleh karena itu pemerintah harus lebih memperhatikan dalam pendistribusian dana-dana pendidikan di lapangan bila perlu meninjau langsung agar penyelewengan yang terjadi dilapangan bisa diminimalisir. Sehingga terciptalah pendidikan murah dengan kualitas tinggi.
4.      Pemecahan masalah relevansi pendidikan
Relevansi atau kesesuaian masalah pendidikan dapat dilihat dari lingkungannya, misalkan sekolah di daerah tersebut memiliki potensi pertanian yang agraris maka yang dikembangkan adalah keterampilan pertaniannya. Sehingga kemampuan dalam bercocok tanamnya kelak akan menjadikan dirinya wirausahawan yang mampu membuka lapangan pekerjaan sendiri. Agar angka pengangguran bisa berkurang.
Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang berSDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Permasalahan yang ada di Indonesia masih kurang terealisasikan dengan baik karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia atau dalam ilmu filsafat menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, tetapi dalam kenyataannya sering kali tidak sesuai dan tidak tepat sasaran. Dalam kenyataannya pendidikan tidak memanusiakan manusia dan kepribadian manusia cenderung direduksi oleh system pendidikan yang ada.

B.      Saran
Dari pemaparan materi tersebut diharapkan pembaca mampu  untuk mengkritisi pendidikan di Indonesia. Sehingga suatu saat nanti pendidikan di Indonesia bisa lebih baik lagi dari pada sekarang.

DAFTARPUSTAKA

Fikriyah, Dkk. 2012. Telaah Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish
Khotijah, S. 2012. Masalah pendidikan di Indonesia. (On Line)
Tersedia : http://sitichotijah269.wordpress.com
Muliani. 2014. Masalah Pendidikan di Indonesia. (On Line)
Gerungan. R. A. Permasalahan Pendidikan di Indonesia. (On Line)
Sriyansyah. E. 2012. Permasalahan Pendidikan. (On Line)